Jayapura, Jubi – Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, Edward Sembiring, mengimbau kepada semua pihak di Tanah Papua agar menjaga satwa endemik Papua, sehingga tidak dicuri atau dijual bebas oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. “Siapa pun (orang-orang) itu, mari menjaga satwa endemik Papua untuk kelestarian alam kita,” kata Edward Sembiring kepada Jubi di Jayapura melalui keterangan tertulisnya, Minggu (25/7/2021).
Hal ini dikatakan Sembiring untuk merespons maraknya penyitaan satwa endemik Papua yang dilindungi. Pihaknya bahkan telah menerima sejumlah translokasi satwa endemik Papua dari luar Tanah Papua. Sebanyak 76 ekor satwa endemik Papua hasil translokasi dari BBKSDA Jawa Timur, BKSDA Jawa Tengah, dan BKSDA Sulawesi Utara dilepasliarkan di hutan adat Isyo, Rhepang Muaif, Kabupaten Jayapura, Sabtu (24/7/2021).
Puluhan satwa yang dilepasliarkan itu, terdiri atas 46 ekor kasturi kepala hitam (Lorius lory), 15 ekor kakatua koki (Cacatua galerita), 8 ekor nuri kelam (Pseudeos fuscata), 2 ekor mambruk victoria (Goura victoria), 3 ekor kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus), dan 2 ekor pelandu papua (Dorcopsis hageni). Sembiring mengatakan, semua satwa tersebut dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Dalam daftar IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), nuri kepala hitam, kakatua koki, nuri kelam, dan kasuari gelambir tunggal berstatus Least Concern (LC), artinya telah dievaluasi, dan termasuk berisiko rendah. Sementara mambruk victoria berstatus Vulnerable (VU), yaitu rentan. Artinya, mambruk victoria dianggap tengah menghadapi risiko tinggi mengalami kepunahan di alam. Satwa-satwa tersebut dinyatakan bebas avian influenza berdasarkan hasil uji PCR dan serologis oleh Laboratorium Balai Karantina Kelas I Jayapura.
Semua satwa sudah menjalani proses habituasi di Kandang Transit Satwa BBKSDA Papua dan telah siap dilepasliarkan kembali ke alam. Pelepasliaran sejumlah satwa ini merupakan rangkaian kegiatan Road to HKAN 2021. Pihaknya prihatin melihat status konservasi satwa-satwa tersebut di alam, khususnya mambruk victoria, karena spesiesnya semakin berkurang.
‘Seandainya spesies manusia yang mengalami risiko rentan, di ambang kepunahan, kita sangat terluka melihat kenyataan itu, kan. Satwa juga demikian, sama-sama makhluk Tuhan, sama-sama mempunyai peran penting di alam,” katanya. Dia menegaskan, setiap pihak di Tanah Papua wajib menjaga alam dan kekayaannya agar tetap lestari.
“Mari menjaga satwa endemik Papua sebelum menjadi kenangan,” katanya. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Wiratno, mengatakan, hutan adat Isyo dipilih sebagai lokasi pelepasliaran satwa oleh BBKSDA Papua untuk mendukung pengembangan wisata minat khusus birdwatching, yang telah dirintis oleh Alex Waisimon beberapa tahun belakangan ini.
“Jadi kita bisa mengambil dua manfaat sekaligus, yaitu menjaga kelestarian satwa endemik Papua, dan mendukung masyarakat setempat untuk memperoleh manfaat ekonomi dari kegiatan ini,” kata Wiratno. Penjaga hutan adat Isyo, Rhepang Muaif, Alex Waisimon menyampaikan terima kasih kepada BBKSDA Papua yang telah melepasliarkan puluhan satwa endemik Papua di hutan tersebut.
Dia pun mengajak semua pihak untuk merawat alam beserta seluruh keanekaragaman hayati di dalamnya. “Hutan dan satwa saling bersahabat, jadi keduanya harus dilestarikan bersama-sama,” katanya. (*) Editor: Kristianto Galuwo
Visit website
